10 Tahun Memimpin, Sukses Membangun dari Minus

Padang-Singgalang

Selama 10 tahun menjadi Gubernur Sumbar dengan pasangan Wakil Gubernur yang berbeda, Irwan Prayitno berhasil melaksanakan keberlanjutan pembangunan di Provinsi Sumbar. Seluruh pembangunan infrastruktur yang telah direncanakan secara multi years di era gubernur sebelumnya, berhasil di tuntaskan 100 persen.

“Rencana pembangunan yang telah diketuk palu anggarannya oleh DPRD Sumbar sejak tahun 2009, saya teruskan tuntas 100 persen. Seluruh pembangunan multi years untuk pembangunan jalan dan jembatan sejak 2007, dikerjakan dan diteruskan hingga ‘ tuntas,” ujar Irwan Prayitno saat Diskusi Bulanan Jaringan Pemred Sumbar (JPS), Jumat (15/1) di Padang.

Irwan Prayitno juga mencontohkan pembangunan Mesjid Raya Sumatera Barat, yang berhasil dituntaskannya di era kepemimpinannya bersama Wakil Gubernur, Almarhum Muslim Kasim dan berlanjut bersama Wakil Gubernur, Nasrul Abit. Ini merupakan bukti keberlanjutan pembangunan yang dilaksanakannya.

“Mesjid Raya waktu saya di awal jadi Gubernur Sumbar belum siap secara utuh. Saat saya jadi gubernur, tetap diperjuangkan untuk dianggarkan miliaran rupiah setiap tahun, hingga pembangunannya selesai,” terang Irwan Prayitno dalam diskusi yang bertajuk “Terima kasih Pak Gubernur Irwan Prayitno” itu.

Meskipun cukup banyak melanjutkan dan menuntaskan seluruh infrastruktur dengan anggaran multi years, namun bukan berarti di era kepemimpinannya tidak ada yang dibangun. Irwan Prayitno mengungkapkan, Stadion Utama (Main Stadium) Provinsi Sumbar dan Gedung Budaya Provinsi Sumbar dibangun di era kepemimpinannya, dengan pasangan Wakil Gubernur yang berbeda, yakni Almarhum Muslim Kasim dan Nasrul Abit.

Termasuk juga pembangunan seluruh gedung perkantoran Pemprov Sumbar yang runtuh akibat gempa 2009. Juga sejumlah jalan dan jembatan serta irigasi-irigasi yang baru di daerah-daerah. Semuanya tuntas dibangun di era kepemimpinannya.

“Kita masih ingat, di awal pelantikan saya tahun 2009 lalu, kondisi pasca gempa besar. Lima tahun saya sebagai gubernur tidak berkantor. Kantor SKPD bertebaran di mana-mana. Banyak yang berkantor di bedeng-bedeng, karena seluruh kantornya hancur. Termasuk gedung DPRD Provinsi Sumbar yang juga hancur, sehingga pelantikan saya waktu itu dilaksanakan di garase DPRD Sumbar. Sekarang, bangunan yang runtuh itu tidak kelihatan lagi. Saya tinggalkan satu yang tidak direhab, yakni, mesjid di Kantor Gubernur,” ujar Irwan Prayitno.

Meskipun telah banyak melanjutkan dan membangun infrastruktur yang baru, namun menurut Irwan Prayitno, pembangunan infrastruktur bukanlah sebuah legacy (warisan) nilai utama kepemimpinannya. Karena bangunan infrastruktur itu, gampang sekali dibangun, asal ada anggarannya. Tapi legacy bagi Irwan Prayitno adalah, meningkatkan APBD Provinsi Sumbar dan meningkatkan perekonomian masyarakatnya hingga sejahtera.

“Bangunan bukan legacy. Karena kalau ada uang bisa dibangun. Tapi mengadakan dan mendatangkan uang untuk Sumbar dan meningkatkan APBD, itu yang legacy. Tahun 2010 lalu, APBD Sumbar hanya Rp2 triliun. Sekarang sudah mencapai Rp7 triliun. Karena masa pandemi Covid-19 sekarang, berkurang jadi Rp6,8 triliun. Namun, meski demikian, sejak tahun 2010, APBD kita meningkat,” ujar Irwan Prayitno, yang kepemimpinannya sebagai Gubernur Sumbar bersama Wakil Gubernur, Nasrul Abit berakhir, 16 Februari 2021 nanti.

Irwan Prayitno juga mengenang bagaimana awal dirinya dilantik sebagai Gubernur Sumbar bersama Wakil Gubernur, Almarhum Muslim Kasim, pada tahun 2010 silam. Jelang dilantik, saat dirinya masih menduduki posisi Panitia Anggaran (Panggar) DPR-RI, telah menyiapkan anggaran sebesar Rp2,4 triliun untuk Sumbar.

Saat masih jadi Panggar di DPR RI, dirinya menemui Menteri Keuangan untuk melakukan pembicaraan terkait alokasi APBN untuk penanganan gempa di Sumbar. Pada Oktober, anggaran APBN dengan jumlah yang cukup besar sebesar Rp2,4 triliun itu langsung turun. “Dengan anggaran yang besar itulah, dimanfaatkan untuk membantu rehab-rekon rumah masyarakat yang rusak berat, sedang dan ringan pascagempa 2009,” kenang Irwan Prayitno.

Dengan anggaran Rp2,4 triliun yang turun ke Sumbar, maka begitu besar perputaran yang di Sumbar waktu itu. Sehingga pertumbuhan ekonomi Sumbar memecahkan rekor nasional waktu itu, yakni tumbuh 7 persen. “Belum pernah dalam sejarahnya, ekonomi Sumbar tumbuh 7 persen,” ungkap Irwan Prayitno.

Sebanyak 297 ribu rumah rusak dibantu. Mesjid jembatan dan pasar dibangun. Padahal, saat pascagempa itu, sektor pariwisata mati suri. Semua penerbangan berhenti, bangunan hotel-hotel hancur. “Dari sisi pengelolaan pemerintahan, hasil penilaian BPK, Pemprov Sumbar hanya mendapat disclaimer, karena pemerintahan di Sumbar hancur. Anggaran untuk pembangunan juga habis, karena PAD tidak dapat. Begitulah kondisi pada saat itu,” ungkap Irwan Prayitno.

Setelah rehab-rekon Sumbar pascagempa berlangsung, maka setiap tahunnya mulai dianggarkan program dan kegiatan pembangunan di daerah ini, hingga sekarang.

“Jadi saya memulai jadi Gubernur Sumbar itu dari minus. Sekarang kita sudah berhasil meraih opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) sebanyak 8 kali. Hasil penilaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Sumbar pun sudah nilai A. Semuanya sudah tertata rapi. Tinggal lagi, Gubernur Sumbar yang baru ke depan, meneruskan kembali apa yang telah saya kerjakan selama ini. Sehingga bisa lari cepat. Dulu saya tidak bisa lari cepat, karena dari minus,” ungkap Irwan Prayitno.

Dengan kerja keras dan perjuangannya untuk pembangunan Sumbar, kepemimpinan Irwan Prayitno bersama pasangan wakil gubernur yang berbeda, menorehkan sejumlah prestasi yang membanggakan. Sebanyak 400 penghargaan nasional berhasil diraih. Penghargaan yang diraih ini merupakan yang terbanyak bagi suatu daerah di tingkat nasional.

Hadir dalam diskusi tersebut, Anggota DPD RI, Leonardy Harmainy, Anggota DPR RI yang juga istri Irwan Prayitno, Nevi Zuarina. Anggota DPD RI Leonardy Harmainy selaku Penasehat JPS Sumbar mengapresiasi kegiatan JPS hari ini, sebagai bentuk kearifan lokal yang hebat.

“Ini pertama ada kelompok pemimpin redaksi (Pemred) mengapresiasi pemimpin daerah yang akan mengakhiri tugasnya. Selama ini tidak pernah ada kegiatan Terima Kasih kepada Pak Gubernur-nya,” ujar Leonardy.

JPS sebagai komunitas adalah kekuatan dalam ikut jadi corong program pembangunan pemerintahan. Kegiatan ini full untuk Gubernur Irwan Prayitno, JPS menilai ada nilai kepemimpinan berkarakter dimiliki oleh Gubernur Irwan Prayitno.

“Tidak mudah menjadi pemimpin di Sumbar. Apalagi awal memimpin Pak IP (Irwan Prayitno-red), Sumbar porakporanda karena gempa. Di setahun akhir masa jabatan Pak IP kondisi negeri dilanda pandemi Covid-19, tentu ini butuh strong leader yang hebat. Sumbar bersyukur memiliki pemimpin Pak IP, “ pujinya.

Pada kesempatan itu, Irwan Prayitno juga me-launching Koperasi Serba Usaha Jaringan Pemred Sumbar. Adanya lembaga soko guru ini bisa memberi andil penguatan ekonomi anggota dan masyarakat luas umumnya.

Sementara, Anggota DPR RI, yang juga Istri Irwan Prayitno, Nevi Zuairina mengatakan, pada tahun 2010 silam, saat dirinya bersama suami datang ke Kota Padang, terlihat kota ini begitu sepi. Banyak warga yang eksodus akibat gempa tahun 2009 silam. Sekarang, wajah Kota Padang dan Sumbar berubah. Daerah ini sekarang begitu ramai. Bahkan, justru macetnya minta ampun sebelum pandemic Covid-19 melanda.

“Dari Padang Panjang ke Bukittinggi saja menempuh perjalanan bisa sampai empat jam, sebelum pandemi Covid-19. Ini membuktikan pembangunan berjalan pesat dan aktivitas ekonomi masyarakat menggeliat dari minus,” terangnya.

Sebagai seorang istri, Nevi mengungkapkan, sejak tahun 1985 menikah dengan Irwan Prayitno, dirinya mengenal sosok suaminya Irwan Prayitno, seorang aktivis yang selalu bekerja keras dalam memberikan pengadiannya untuk masyarakat Sumbar.

“Tahun 1999 jadi Anggota DPR RI, jadi Gubernur Sumbar periode pertama tahun 2010 dan periode kedua tahun 2015. Bapak, itu tidurnya jam 24.00 WIB malam dan bangun jam 4.00 WIB pagi setiap hari. Tidak berubah sampai sekarang. Waktunya hanya untuk bekerja membangun dan untuk melayani masyarakat Sumbar. Hanya saja ketika jadi gubernur dan ketika tidak gubernur masalah kerjanya saja yang berbeda,” ungkap Nevi Zuairina. (104)

Selengkapnya unduh di sini